Rabu, 15 Januari 2014

Sekolah VS Sekolah

Belajar tidak lain adalah tugas utama seorang pelajar, dengan belajar mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan yang kelaka berguna bagi dirinya sendiri mupun orang lain. Seorang pelajar dididik dalam forum pendidikan (Sekolahan/Universitas) supaya mereka menjadi pendidik yang berdasarkan nalar dan pikiran yang jernih dalam menyikapi permasalahan sosial. Tugas lembaga pendidikan yang harus mengarahkan dan mendidik juga harus diimbangi dengan perilaku yang terpuji yang mencerminkan perilaku yang dapat ditiru oleh anak didiknya.
Pendidikan salah satu komponen yang juga berperan penting kepada anak-anak usia muda dalam pembentukan karakter mereka. Oleh karena itu pendidikan harus dijadikan ajang untuk berlomba-lomba saling mengejar prestasi bukan ajang untuk beradu kepala dengan kekerasan. Perilaku tawuran biasanya juga cenderung karena dipengaruhi oleh kondisi dan lingkungan sekolah itu sendiri yang kurang memberikan tindakan yang preventif terhadap perilaku kriminalitas kepada peserta didiknya. Dalam hal ini seorang guru sangat berperan penting dalam proses pengajaran dan pengawasan baik di dalam maupun di luar sekolah.
Tawuran yang dilakukan antar pelajar atau mahasiswa tidak hanya merugikan diri mereka masing-masing, akan tetapi dampak negatif dari perilaku tersebut juga akan berimbas terhadap almamater sekolah mereka. Oleh karena itu membekali siswa dengan tindakan preventif perlu lebih ditingkatkan supaya lebih menghindarkan kepada mereka dari perbuatan yang tercela. Selain itu hubungan antar sekolah juga perlu ditingkatkan agar terjalin hubungan dan silaturahim yang harmonis dan akrab. Tentunya dengan menjalin hubungan silaturahmi juga harus dijaga agar tidak berlebihan , karena biasanya penyebab tawuran antar sekolah dipicu karena ucapan atau tindakan yang sedikit menyinggung perasaan.
Hubungan yang sudah tertanamkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar Sekolah maupun Universitas akan memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupan sosial. Banyaknya kegiatan yang mempertemukan siswa antar sekolah akan sedikit merangsang agar mereka selau bersemangat dan bersaing secara sportif. Dalam hal tersebut dukungan pihak sekolah juga sangat dibutuhkan dala terselenggarakanya beberapa kegiatan yang di dalamnya memberikan motivasi dan keakraban hubungan emosional antar siswa, seperti kompetisi cerdas cermat, kompetisi olahraga maupun outbond. Kegiatan demikian dinilai besar manfaatnya, selain untuk pengembangan diri bagi pelajar, kegiatan itu juga akan mendekatkan pelajar satu sama lainnya supaya saling mengenal dan ketika terdapat masalah antas sekolah  mudah terpecahkan tanpa adanya kekerasan (Tawuran).

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TAWURAN


Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :

a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.

b. Faktor Eksternal 
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :

1. Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.

Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.

2. Faktor Sekolah

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

Pentingnya peran agama bagi pendidikan remaja

Setiap agama yang kita yakini tentunya didasari oleh kebenaran dan kebaikan baik terhadap Sang Khalik maupun terhadap sesama manusia. Agama adalah pedoman hidup yang menjadi tuntunan dan penyelamat kita selama di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu nilai-nilai agama sangat penting kita tanamkan kepada jiwa anak-anak di usia dini, supaya kelak nantinya mereka akan menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, amanah dan dapat dipercaya serta didasarkan oleh tuntunan agama.
Banyaknya perilaku yang tidak terpuji di Negara kita dikarenakan faktor utamanya adalah mereka yang belum mengkaji dan mempelajari secara dalam dan benar ajaran agama mereka. Kurangya pengetahuan tentang pendidikan agama yang seharusnya didapatkan oleh para remaja sejak dini akan menimbukan pemahaman yang salah dalam menyikapi kasus sosial yang ada di lingkungan sekitar mereka. Pembentukan karakter terhadap perilaku anak yang tumbuh menjadi remaja akan lebih mulia bila didasarkan dengan pendidikan agama yang lebih matang.
Pendidikan agama tidak lain adalah sesuatu yang menjadi benteng dan petunjuk bagi seseorang ketika kita sedang dihadapkan dengan kasus sosial dan bagaimana supaya kita bisa berinteraksi dengan sosial dan Sang Khalik. Ketika para remaja sudah merasa bahwa Tuhan selalu mengamati dan mengawasi mereka, kapan dan di manapun, pasti mereka selalu mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lembut terhapap siapapun tanpa adanya kekerasan.
Tawuran yang didasari oleh ego dan perilaku tidak terpuji juga salah satu perilaku yang tidak baik yang ditimbulkan karena mereka (para pelaku) yang kurang akan pendidikan agama. Mereka menganggap bahwa mereka yang paling kuat dan hebat hingga mereka tidak segan-segan untuk saling melukai teman mereka sendiri. Pemikiran yang cerdas tidak menjamin akan mereka bisa berperilaku mulia. Apalagi mereka anak muda yang masih mencari jati diri, mengambil keputusan tanpa berpikir ulang bila tidak dikenalkan dengan pendidikan agama, tentunya mereka akan menjadi brutal dan cenderung dalam hal yang berbau kekerasan termasuk tawuran.
Selain mengajarkan pendidikan agama terhadap keseharian anak, banyak hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi terjadinya tawuran seperti menciptakan rasa saling menghargai, menjaga keamanan dan kenyamanan terhadap sesama, melakukan pembinaan khusus di sekolahan misalnya mengenai kegiatan bela negara bersama TNI. Dalam Pendidikan agama juga diajarkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap sesama, supaya kita tidak menyinggung perasaan orang lain, menghargai pendapat sesama dan hubungan keluarga yang selalu memperlihatkan hubungan harmonis terhadap keseharian anak.

PENGERTIAN TAWURAN


Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
  • Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
  • Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
    Tawuran adalah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat.
    Tawuran adalah suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
    Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari (1) aspek perilaku yang melanggar aturan atau status, (2) perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, (3) perilaku yang mengakibatkan korban materi dan (4) perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
    Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang berbeda. Tawuran terbagi dalam tiga bentuk: (1) tawuran pelajar yang telah memiliki rasa permusuhan secara turun temurun, (2) tawuran satu sekolah melawan satu perguruan yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah dan (3) tawuran pelajar yang sifatnya insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan sebagai perkelahian massal yang adalah perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan kepada kelompok pelajar dari sekolah lain.
    Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran adalah salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.

Selasa, 14 Januari 2014

AWALNYA TERJADINYA TAWURAN

Tawuran pada dasarnya hanya dilakukan oleh para preman yang tidak bermoral. Namun, pada periode antara tahun 1997-1999 kegiatan tercela tersebut malah dilakukan oleh para pelajar sekolah menengah tingkat atas sederajat. Dan yang paling sering melakukan tawuran ialah SMA, SMK, atau STM bahkan SMP yang mayoritas siswanya ialah laki-laki.

Contoh penyebab tawuran antar pelajar

Para pelajar bertawuran bukannya tanpa sebab. Penyebab tawuran umumnya adalah dendam. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut. Namun dengan sebab apapun kegiatan tersebut tentunya akan menyebabkan dampak yang negatif di berbagai pihak dan aspek. penyebab tawuran antar pelajar antara lain sebagai berikut:

A. Sebab karena dendam:

1. Dendam akibat pemalakan dan perampasan

Apabila seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak atau dirampas uang dan hartanya, dia akan melapor kepada pentolan di sekolahnya. Kemudian pentolan itu akan mengumpulkan siswa untuk menghampiri siswa dari sekolah musuh ditempat dimana biasanya mereka menunggu bis atau kendaraan pulang. Apabila jumlah siswa dari sekolah musuh hanya sedikit, mereka akan balik memalak atau merampas siswa sekolah musuh tersebut. Tetapi jika jumlah siswa sekolah musuh tersebut seimbang atau lebih banyak, mereka akan melakukan kontak fisik.

2. Dendam akibat rasa iri akibat tidak dapat menjadi siswa di SEKOLAH yang diinginkan

Ketika seorang siswa mendaftar masuk ke SEKOLAH negeri, tetapi ia malah tidak diterima di sekolah tersebut. Dia akan masuk ke sekolah lain bahkan ia bisa bersekolah di sekolah swasta yang kualitasnya lebih rendah. Disebabkan oleh dendam pada sekolah yang dulu tidak menerimanya sebagai siswa, dia berusaha untuk membuat siswa yang bersekolah di sekolah tersebut merasa tidak nyaman. Dia akan memprofokasikan dan mencari-cari kesalahan sekolah tersebut agar akhirnya terjadi kontak fisik.

B. Sebab selain dendam

1. Ulang Tahun Sekolah

Ulang tahun sekolah Ketika sebuah sekolah berulang tahun, para siswa beberapa SMA, SMK, & STM di Jakarta merayakannya dengan merencanakan penyerangan ke berbagai SEKOLAH lain yang dianggap sebagai musuh sekolah tersebut.

2. Menjelang hari libur panjang/ hari pertama masuk setelah libur

Saat sehari menjelang hari libur/hari pertama masuk sekolah setelah libur, para siswa juga merencanakan penyerangan ke berbagai sekolah lain yang dianggap sebagai musuh sekolah tersebut.

 3. Setelah UN

Setelah diumumkan hasil Ujian Nasional ini ialah yang paling menyenangkan dari segala penyebab tawuran. Tiga tahun bersekolah menuntut ilmu, diakhiri dengan kegiatan tawuran. Bertawuran setelah diumumkan hasil UN sudah menjadi tradisi meskipun akan menyebabkan kematian apabila tidak dapat bertahan. Walaupun dia bisa bertahan siswa tersebut akan tetap dikeluarkan dari sekolahnya.

PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN

1).kurangnya pendidikan agamanya
2).merasa paling hebat diantara temannya
3).kurangnya perhatian dari orang tuanya
4).ingin dihormati dan di hargai
5).balas dendam
6).saling mengejek satu sama lain
7).akibat kesalah pahaman
8).tidak terima temennya dipukuli

Tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil? 
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor, beberapa contoh di antaranya, yaitu:
Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran antar pelajar, kita bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar pelajar dari tiga poin diatas.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing-masing individu pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri.
Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lainKadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama. 
Contohnya, sebut saja sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Dalam permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan guru memegang peranan penting.
Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata “preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll. 
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa contohnya adalah:
Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi psikis remaja.
Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
Acara awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Dari ketiga faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau solusi yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya. Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal sepele yang bisa langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses berkelanjutan, kesadaran dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya sekolah, orangtua, masyarakat dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman pelajar sebagai seorang individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman” bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas, cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif.
Memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali, sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

PENCEGAHAN TERJADINYA TAWURAN

Cara Mencegah Tawuran
Sebagaimana dikemukakan bahwa mencegah lebih daripada mengobati. Masalahnya bagaimana mencegah supaya tawuran tidak terjadi atau setidak-tidaknya mengurungai frekuensi tawuran.
1. Ajarkan Cinta dan Penghayatan Ajaran Agama di Rumah
Sumber utama timbulnya tawuran dan segala macam kejahatan bermula dari keluarga. Keluarga yang baik, dimana ajaran agama dipahami dan diamalkan dengan baik, hampir tidak pernah kedengaran menimbulkan masalah dalam keluarga, di sekolah, di masyarakat dan bahkan dalam Negara.
Oleh karena itu, pendidikan dini terhadap anak-anak merupakan kunci untuk mencegah segala macam tawuran dan perbuatan tidak benar di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.
Sejak dini harus ditanamkan cinta kepada anak-anak untuk mencintai Allah sebagai Pencipta semesta alam, cinta kepada kedua orang, dan cinta kepada sesama. Dalam rangka mewujudkan cinta, orang tua harus selalu mengajarkan dan memberi contoh untuk selalu mendoakan kedua orang tua, mempraktikkan akhlak mulia serta bersyukur atas segala pemberian Tuhan kepada manusia.
2. Jadikan Sekolah Pusat Pembinaan Generasi Muda
Sekolah memiliki fungsi, peran dan tugas mulia, tidak hanya mendidik anak-anak didik supaya menjadi cerdas dan berilmu, tetapi juga memiliki akhlak mulia, cinta kepada Allah sebagai Sang Pencipta, kepada kedua orang tua, guru, karyawan dan teman-teman sekolah di dalam dan di luar sekolah.
Oleh karena itu, sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium pembinaan generasi muda. Kesalahan dan kelemahan selama ini, karena sekolah hanya dijadikan sebagai tempat pembelajaran bukan sebagai pusat pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan bagaimana hidup yang benar dengan penuh taburan cinta kepada Allah, kepada kedua orang tua, para guru, karyawan dan teman-teman satu sekolah dan di berbagai sekolah yang tengah menimbah ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan.
Dengan menjadikan sekolah sebagai pusat pembinaan generasi muda, maka berarti kita telah mencegah terjadinya tawuran di masa datang.
3. Pandu Anak-anak Memilih Teman Bergaul
Liingkungan pergaulan turut menentukan perilaku dan akhlak seorang anak. Orang tua suka tidak suka dan mau tidak mau, harus memandu dan mengarahkan anak-anaknya supaya bergaul dengan anak-anak dari keluarga yang baik-baik, dalam arti mengamalkan ajaran agama, cinta kasih kepada Allah, kedua orang tua, dan sesama manusia. Orang tua harus tegas melarang anak-anaknya untuk bergaul dengan sembarang orang, kalau tidak ingin anaknya terjerembab ke lembaga kejahatan termasuk tawuran.
4. Lakukan Penyuluhan Berkesinambungan
Manusia memiliki kelemahan yaitu suka lengah, lupa, malas, puas diri, dan merasa tidak tepat terus-menerus menjadi orang baik. Maka tidak ada orang yang selamanya baik, dan tidak ada orang yang selamanya tidak baik.
Untuk mencegah supaya manusia tidak selalu tidak baik, maka diperlukan penyuluhan yang berkesimbangungan. Penyuluhan sebagai sarana pencerahan, penyadaran dan tukar-menukar pandangan dan pikiran sangat diperlukan, agar manusia kembali sadar (eling) dan waspada.
Penyuluhan kepada anak-anak didik dan generasi muda (pemuda), semakin diperlukan karena mereka sedang menghadapi goncangan psikologis karena mengalami pubersitas, depresi karena khawatir terhadap masa depan, galau karena sedang jatuh cinta, stress menghadapi banyak mata pelajaran, dan berbagai persoalan yang tidak mudah dipecahkan.
Menghadapi banyak persoalan, penyluhan kepada mereka amat diperlukan untuk menanamkan dan menumbuhkan kembali spirit dan harapan baru.
5. Ajak Dialog dan Beri Ruang Apresiasi
Menghadapi anak-anak dan generasi muda, tidak lagi cocok dengan system komando, perintah dan menekan. Karena telah terjadi perubahan sosial yang luar biasa akibat perkembangan telekomunikasi yang sangat maju, sehingga anak-anak sejak kecil sudah melakukan hubungan sosial dengan berbagai kalangan melalui dunia maya.
Untuk mendekati anak-anak dan generasi muda termasuk untuk mencegah terjadinya tawuran, tidak punya pilihan kecuali sering menggelar dialog untuk mendengar apa maunya mereka.
Selain itu, untuk mencegah tawuran, anak-anak muda terutama pelajar dan siswa, harus diberi apresiasi, sarana prasarana dan dana supaya mereka bisa mengekspresikan bakat dan minat. Dengan adanya berbagai kesibukan, maka mereka tidak punya waktu untuk tawuran.
Kesimpulan
Mencegah tawuran lebih baik daripada mengatasi tawuran. Untuk bisa mencegah terjadinya tawuran, maka berbagai penyebab tawuran seperti rumah tangga yang bobrok dan tidak harmonis, sekolah yang tidak menjadi pusat pencerahan, penyadaran, pembinaan dan pembentukan manusia terdidik dan berakhlak mulia yang mencintai Allah, kedua orang tua, para guru, karyawan dan masyarakat, harus menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah DKI Jakarta, dan seluruh masyarakat untuk dibenahi.
Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya tawuran harus mendapat perhatian, dengan memandu dan mengarahkan para remaja dan generasi muda serta setiap orang supaya tidak bergaul dengan orang yang tidak baik dan rusak akhlaknya. Pengawasan kepada mereka diperlukan dalam rangka melindungi mereka agar tidak terkontaminasi dengan berbagai prilaku dan akhlak yang bejad.
Oleh karena kesadaran setiap orang terlebih lagi para remaja dan kaum muda, selalu berubah sesuai dengan kondisi dan lingkungan, maka sangat penting adanya penyuluhan yang terus-menerus dan berkesinambungan. Disamping itu, para remaja dan generasi muda, harus diberi apresiasi dan dorongan untuk berprestasi sesuai bidang yang diminati dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Dengan memberi peluang dan kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas yang positif dan konstruktif, maka energy berlebih yang dimiliki para remaja dan kaum muda, tersalur secara baik, sehingga potensi untuk melakukan tawuran dan segala macam bentuk kejahatan, insya Allah akan berkurang dan pada akhirnya akan lenyap.