Cara Mencegah Tawuran
Sebagaimana dikemukakan bahwa mencegah lebih daripada mengobati.
Masalahnya bagaimana mencegah supaya tawuran tidak terjadi atau
setidak-tidaknya mengurungai frekuensi tawuran.
1. Ajarkan Cinta dan Penghayatan Ajaran Agama di Rumah
Sumber utama timbulnya tawuran dan segala macam kejahatan bermula
dari keluarga. Keluarga yang baik, dimana ajaran agama dipahami dan
diamalkan dengan baik, hampir tidak pernah kedengaran menimbulkan
masalah dalam keluarga, di sekolah, di masyarakat dan bahkan dalam
Negara.
Oleh karena itu, pendidikan dini terhadap anak-anak merupakan kunci
untuk mencegah segala macam tawuran dan perbuatan tidak benar di dalam
masyarakat, bangsa dan Negara.
Sejak dini harus ditanamkan cinta kepada anak-anak untuk mencintai
Allah sebagai Pencipta semesta alam, cinta kepada kedua orang, dan cinta
kepada sesama. Dalam rangka mewujudkan cinta, orang tua harus selalu
mengajarkan dan memberi contoh untuk selalu mendoakan kedua orang tua,
mempraktikkan akhlak mulia serta bersyukur atas segala pemberian Tuhan
kepada manusia.
2. Jadikan Sekolah Pusat Pembinaan Generasi Muda
Sekolah memiliki fungsi, peran dan tugas mulia, tidak hanya mendidik
anak-anak didik supaya menjadi cerdas dan berilmu, tetapi juga memiliki
akhlak mulia, cinta kepada Allah sebagai Sang Pencipta, kepada kedua
orang tua, guru, karyawan dan teman-teman sekolah di dalam dan di luar
sekolah.
Oleh karena itu, sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium
pembinaan generasi muda. Kesalahan dan kelemahan selama ini, karena
sekolah hanya dijadikan sebagai tempat pembelajaran bukan sebagai pusat
pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan bagaimana hidup yang
benar dengan penuh taburan cinta kepada Allah, kepada kedua orang tua,
para guru, karyawan dan teman-teman satu sekolah dan di berbagai sekolah
yang tengah menimbah ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan.
Dengan menjadikan sekolah sebagai pusat pembinaan generasi muda, maka
berarti kita telah mencegah terjadinya tawuran di masa datang.
3. Pandu Anak-anak Memilih Teman Bergaul
Liingkungan pergaulan turut menentukan perilaku dan akhlak seorang
anak. Orang tua suka tidak suka dan mau tidak mau, harus memandu dan
mengarahkan anak-anaknya supaya bergaul dengan anak-anak dari keluarga
yang baik-baik, dalam arti mengamalkan ajaran agama, cinta kasih kepada
Allah, kedua orang tua, dan sesama manusia. Orang tua harus tegas
melarang anak-anaknya untuk bergaul dengan sembarang orang, kalau tidak
ingin anaknya terjerembab ke lembaga kejahatan termasuk tawuran.
4. Lakukan Penyuluhan Berkesinambungan
Manusia memiliki kelemahan yaitu suka lengah, lupa, malas, puas diri,
dan merasa tidak tepat terus-menerus menjadi orang baik. Maka tidak
ada orang yang selamanya baik, dan tidak ada orang yang selamanya tidak
baik.
Untuk mencegah supaya manusia tidak selalu tidak baik, maka
diperlukan penyuluhan yang berkesimbangungan. Penyuluhan sebagai
sarana pencerahan, penyadaran dan tukar-menukar pandangan dan pikiran
sangat diperlukan, agar manusia kembali sadar (eling) dan waspada.
Penyuluhan kepada anak-anak didik dan generasi muda (pemuda), semakin
diperlukan karena mereka sedang menghadapi goncangan psikologis karena
mengalami pubersitas, depresi karena khawatir terhadap masa depan,
galau karena sedang jatuh cinta, stress menghadapi banyak mata
pelajaran, dan berbagai persoalan yang tidak mudah dipecahkan.
Menghadapi banyak persoalan, penyluhan kepada mereka amat diperlukan
untuk menanamkan dan menumbuhkan kembali spirit dan harapan baru.
5. Ajak Dialog dan Beri Ruang Apresiasi
Menghadapi anak-anak dan generasi muda, tidak lagi cocok dengan
system komando, perintah dan menekan. Karena telah terjadi perubahan
sosial yang luar biasa akibat perkembangan telekomunikasi yang sangat
maju, sehingga anak-anak sejak kecil sudah melakukan hubungan sosial
dengan berbagai kalangan melalui dunia maya.
Untuk mendekati anak-anak dan generasi muda termasuk untuk mencegah
terjadinya tawuran, tidak punya pilihan kecuali sering menggelar dialog
untuk mendengar apa maunya mereka.
Selain itu, untuk mencegah tawuran, anak-anak muda terutama pelajar
dan siswa, harus diberi apresiasi, sarana prasarana dan dana supaya
mereka bisa mengekspresikan bakat dan minat. Dengan adanya berbagai
kesibukan, maka mereka tidak punya waktu untuk tawuran.
Kesimpulan
Mencegah tawuran lebih baik daripada mengatasi tawuran. Untuk bisa
mencegah terjadinya tawuran, maka berbagai penyebab tawuran seperti
rumah tangga yang bobrok dan tidak harmonis, sekolah yang tidak menjadi
pusat pencerahan, penyadaran, pembinaan dan pembentukan manusia terdidik
dan berakhlak mulia yang mencintai Allah, kedua orang tua, para guru,
karyawan dan masyarakat, harus menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi
pemerintah DKI Jakarta, dan seluruh masyarakat untuk dibenahi.
Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya tawuran
harus mendapat perhatian, dengan memandu dan mengarahkan para remaja
dan generasi muda serta setiap orang supaya tidak bergaul dengan orang
yang tidak baik dan rusak akhlaknya. Pengawasan kepada mereka
diperlukan dalam rangka melindungi mereka agar tidak terkontaminasi
dengan berbagai prilaku dan akhlak yang bejad.
Oleh karena kesadaran setiap orang terlebih lagi para remaja dan
kaum muda, selalu berubah sesuai dengan kondisi dan lingkungan, maka
sangat penting adanya penyuluhan yang terus-menerus dan
berkesinambungan. Disamping itu, para remaja dan generasi muda, harus
diberi apresiasi dan dorongan untuk berprestasi sesuai bidang yang
diminati dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Dengan memberi peluang dan kesempatan untuk melakukan berbagai
aktivitas yang positif dan konstruktif, maka energy berlebih yang
dimiliki para remaja dan kaum muda, tersalur secara baik, sehingga
potensi untuk melakukan tawuran dan segala macam bentuk kejahatan, insya
Allah akan berkurang dan pada akhirnya akan lenyap.